Hanung Bakal Filmkan Ketika Cinta Bertasbih
JAKARTA - Film Ayat-Ayat Cinta (AAC) mendapat apresiasi luar biasa dari masyarakat. Hingga Senin (3/3) malam, film yang resmi di-launching 25 Februari lalu itu sudah meraup hampir 800 ribu penonton dari berbagai daerah.
Di hari pertama, MD Pictures melempar 70 copy film. Namun, karena permintaan terus meningkat, jumlah copy tersebut berangsur ditambah. Kemarin sudah mencapai 101 copy yang tersebar di seluruh Indonesia. “Jumlah ini masih bisa terus bertambah. Bergantung permintaan,” ujar Iwit, salah seorang staf MD Pictures, saat dihubungi kemarin (4/3).
Tingginya animo penonton membuat beberapa bioskop membuka lebih dari satu teater untuk menampung peminat film yang diangkat dari novel best seller berjudul sama karangan Habiburrahman El Shirazy atau Kang Abik itu.
Menurut Iwit, Studio Empire di Medan, Sumatera Utara, malah memutar AAC di empat teater di antara enam teater yang ada. Demi mendapatkan kursi yang diinginkan, ada penonton yang rela membeli tiket sehari bahkan dua hari sebelum pertunjukan.
Kesuksesan itu, sepertinya, menjadi angin segar bagi orang-orang yang sudah susah payah mewujudkan film tersebut. “Bukan lega, saya malah kaget,” ucap sutradara AAC Hanung Bramantyo kemarin.
Keterkejutan itu, papar Hanung, disebabkan film yang dibintangi oleh Fedi Nuril, Rianti Cartwright, dan Carissa Putri tersebut sebetulnya tidak memenuhi ekspektasinya. Sejak awal, sutradara film Get Married itu memang mengungkapkan kekecewaan karena tidak dapat mewujudkan keinginannya melakukan syuting AAC di Kairo, Mesir -kota yang menjadi latar belakang kisah Fahri yang digambarkan Kang Abik.
“Menurut saya, AAC itu kurang maksimal karena tidak sesuai dengan idealisme saya. Sempat nggak pede, karena masih jauh dari ekspektasi saya. Makanya, saya nggak nyangka dapat sambutan sebaik ini,” ungkap pria asal Jogjakarta tersebut.
Beberapa waktu belakangan, Hanung punya kesibukan baru. Yakni, meladeni undangan kelompok masyarakat untuk nonton bareng film AAC. Mulai karyawan perusahaan hingga ibu-ibu pengajian. “Ustadz Jeffry (Uje) juga ngundang saya nonton bareng santri-santrinya. Alhamdulillah sambutannya baik sekali,” kata Hanung.
Harapannya, apresiasi masyarakat terhadap filmnya akan terus meningkat hingga mencapai target dua juta penonton. “Dua juta penonton itu baru bisa balik modal. Syukur-syukur bisa lebih dari itu,” tukasnya.
Ke depan, Hanung berniat menggarap film dengan tema serupa. Dia menyatakan sudah berencana untuk memfilmkan novel best seller Kang Abik lainnya yang berjudul Ketika Cinta Bertasbih (KCB). “Saya sudah ngomong sama Kang Abik. Tapi, ya, baru sekadar omong-omong biasa saja,” ujarnya.
Kalau di AAC Hanung merasa kurang puas, dia bertekad untuk berusaha lebih keras lagi. Salah satunya, mewujudkan impiannya untuk syuting di Cairo. “Saya akan coba berusaha lebih maksimal lagi supaya bisa syuting di sana,” paparnya.
Seperti AAC, KTB yang bukunya terdiri atas dua seri (dwilogi) itu juga berlatar belakang keindahan kota Piramid. Dari segi cerita, KTB masih berkisah tentang seorang pemuda Jawa yang kuliah di Universitas Al Azhar. Untuk membiayai kuliahnya, pemuda bernama Chairul Azzam tersebut bekerja sambilan, yakni menjadi pembuat tempe dan sesekali menjadi tukang masak panggilan. Selain kegigihannya menyelesaikan kuliah sekaligus menghidupi keluarga, alur cerita KCB juga sarat dengan kisah romantis yang mengantarkan Azzam menemukan jodohnya. Untuk produksi KCB, Hanung berniat melibatkan teman-temannya di Dapur Film Community, Jakarta, dan mencari production house (PH) baru.
“Harapannya, saya bisa dapat PH yang muslim biar visi-misinya lebih menyatu,” pungkas Hanung. (rie/ayi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar